DENPASARUPDATECOM – Banyak kisah-kisah dan peristiwa besar dari zaman Nabi dan Rasul era silam. Salah satu yang paling banyak dirilis media adalah kisah Nabi Musa. Bukan hanya Musa melawan keangkuhan Fir’aun, tetapi pelajaran besar agar orang tak menjual agama untuk menjadi kaya raya.. Dikisahkan oleh Imam Al Ghazalli (w. 505 H) dalam kitab Sungguh pada kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal." (QS Yusuf [12]:111) (Dari Kitab Ihya Ulumuddin Bab Mahabbah) Posted by My Reflection at 1:42 PM No comments: (Sumber Ihya Ulumuddin bab Mahabbah) Posted by My Reflection at 3:58 PM No comments: Kisahmembawa masuk majalah-majalah terlarang tersebut ke tanah air juga dicatat dengan baik oleh Oemar Amin Hoesin dalam “Sejarah Perkembangan Politik Modern Indonesia” di Majalah Hikmah edisi vii no.20/21 tahun 1955. Wawancara Syekh Awad Sjahbal di Jakarta tahun 1955 dan Dya’ Sjihab tahun 1956 memperkuat keterangan itu. Tawassuldengan Amal Shaleh - Kisah Tiga Pemuda. "Ingatlah amal saleh yang pernah kamu lakukan untuk Allah, lalu mohonlah kepada Allah dengan amal tersebut". Hadist riwayat Abdullah bin Umar Ra.: Dari Rasulullah SAW., Beliau bersabda: Ketika tiga orang pemuda sedang berjalan, tiba-tiba turunlah hujan lalu mereka pun berlindung di dalam sebuah ImamAl-Ghazali menuliskan Ihya ‘Ulumuddin yang dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syams, Yerussalem, Hijaz dan Thus, yang merupakan kitab paling terkenal dan berisi paduan indah antara fiqh, tasawuf dan filsafat. Tidak saja terkenal di kalangan kaum Muslim, tetapi juga di dunia Barat dan luar Islam. Beliaumenjelaskan apa yang sudah disampaikan oleh Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin yang mengutip perkataan Al-Khalil bin Ahmad, beliau berkata; Manusia itu ada empat macam, yaitu: 1. Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (orang yang tahu dan mengetahui bahwa ia tahu). Itulah orang ‘Alim, Ikutilah Dia. KitabIhya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid al-Ghazali ini mempunyai penganti yang sangat besar dalam mengekang ancaman dan serangan materialisme yang menghembuskan racun-racun taksubkan kebendaan dan kecintaan kepada dunia. Jangan memandang kisah kesukaran dan kegagalan Creativity is making mistake & having fun. Terjemah& Penjelasan Kitab Bidayatul Hidayah, karya Imam Ghozali; 2. Kajian Komponen-komponen pendidikan akhlak dalam kitab Ihya 'Ulumuddin; 3. Kajian khusus, yaitu kajian cinta tanah air 4. Tanya jawab kasus-kasus Aktual masakini terkait Adab, disertai referensi dari berbagai kitab kuning. r8XT. SINOPSIS BUKU Kitab Ihya Ulumuddin merupakan antara kitab rujukan klasik yang popular daripada kitab-kitab klasik-tradisional yang ada. Bahkan hingga kini, kitab ini tetap dijadikan rujukan utama bagi para ahli sufi dan ahli agama. Buku ringkasan Ihya Ulumuddin ini merupakan ringkasan daripada kitab Ihya Ulumuddin yang berjilid-jilid jumlahnya. Walaupun sudah banyak ringkasan yang telah dilakukan, buku ini memiliki keistimewaannya yang tersendiri kerana ringkasannya dilakukan sendiri oleh Imam al-Ghazali, dengan menjaga intisari dan tujuan buku tersebut. Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid al-Ghazali ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dan mengekang ancaman dan serangan materialisme yang menghembuskan racun-racun taksubkan kebendaan dan kecintaan kepada dunia. Melalui usaha beliau yang murni, ramai mulai sedar bahawa aspek kesufian juga mempunyai peranan yang besar dalam mengharmonikan kehidupan dan emberikan keseimbangan antara keperluan dunia dan akhirat. Kitab ini mengandungi panduan-panduan tentang adab, ibadah, tauhid, akidah dan tasawuf yang sangat mendalam. Kitab ini merupakan hasil pemerhatian yang mendalam dan tajam daripada Imam Ghazali tentang berbagai perkara khususnya tentang penyucian hati. Bacalah buku ini dan jadikannya sebagai koleksi bacaan dan rujukan keluarga, pejabat ataupun bahan santapan rohani yang bermanfaat. Harga RM55 Tempahan 019 3276456 Post navigation Pengantar Kajian Ihya Kitab Ihya 'Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali merupakan khazanah tasawuf yang dikenal secara luas di kalangan umat Islam. Selain karena pribadinya yang menonjol dan disebut-sebut sebagai mujaddid pembaharu dalam agama, juga karena uraian dalam Ihya dekat dengan alam dan kehidupan Muslim, seperti persoalan ritual, akhlak, maupun sosial. Sebagaimana dikatakan Imam Al-Ghazali, bahwa pembahasan dalam Ihya memang ditekankan dalam wilayah muamalah. Adapun yang dimaksud "muamalah" disini adalah ilmu amal-perbuatan yang "selain harus diketahui, juga dituntut untuk diamalkan", baik secara lahir maupun batin. Inilah posisi Ihya 'Ulumuddin yang membuatnya menjadi rujukan-awal yang penting dalam mengenal khazanah tasawuf, yakni sebagai jembatan yang menghubungkan aspek syariat lahir dengan aspek esoteris tasawuf dalam Islam. Ihya 'Ulumuddin terbagi dalam empat bagian besar kitab, atau dikenal sebagai rubu', dimana di dalam setiap rubu' terdiri atas 10 bab. Dan Kajian Ihya di bawah dikelompokan berdasarkan rubu'-rubu' yang terdapat dalam Ihya 'Ulumuddin. Adapun format kajiannya bisa berupa ringkasan suatu bab tertentu, cuplikan-cuplikan yang kami anggap penting, maupun kajian yang disertai referensi lain. Kami juga telah mengumpulkan hadits-hadits yang terdapat di kitab tersebut, dan sekarang sedang dicoba untuk mengumpulkan atsar-atsar kisah hikmah para Nabi, para sahabat, atau yang lainnya untuk melengkapi kajian yang ada. Besar harapan kami untuk dapat mengkaji dan menampilkan seluruh bagian-bagian Ihya secara terperinci. Mudah-mudahan kami diberi rahmat dan kekuatan dari hari ke hari untuk menampilkannya di sini. Di dalam Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali membagi pembahasan dalam empat bagian besar, atau rubu’, yang masing-masing terdapat 10 kitab didalamnya. Keempat rubu’ itu adalah Rubu’ Ibadah, terdiri atas 01 Kitab Ilmu, 02 Kitab Akidah, 03 Kitab Taharah, 04 Kitab Ibadah, 05 Kitab Zakat, 06 Kitab Puasa, 07 Kitab Haji, 08 Kitab Tilawah Quran, 09 Kitab Zikir dan Doa, dan 10 Kitab Tartib Wirid. Rubu’ Adat Kebiasaan, terdiri atas 11 Kitab Adab Makan, 12 Kitab Adab Pernikahan, 13 Kitab Hukum Berusaha, 14 Kitab Halal dan Haram, 15 Kitab Adab Berteman dan Bergaul, 16 Kitab Uzlah, 17 Kitab Bermusafir, 18 Kitab Mendengar dan Merasa, 19 Kitab Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar, dan 20 Kitab Akhlaq. Rubu’ Al-Muhlikat Perbuatan yang Membinasakan, terdiri atas 21 Kitab Keajaiban Hati, 22 Kitab Bahaya Nafsu, 23 Kitab Bahaya Syahwat, 24 Kitab Bahaya Lidah, 25 Kitab Bahaya Marah, Dendam, dan Dengki, 26 Kitab Bahaya Dunia, 27 Kitab Bahaya Harta dan Kikir, 28 Kitab Bahaya Pangkat dan Riya, 29 Kitab Bahaya Takabbur dan Ujub, dan 30 Kitab Bahaya Terpedaya. Rubu’ Al-Munjiyat Perbuatan yang Menyelamatkan, terdiri atas 31 Kitab Taubat, 32 Kitab Sabar dan Syukur, 33 Kitab Takut dan Berharap, 34 Kitab Fakir dan Zuhud, 35 Kitab Tauhid dan Tawakal, 36 Kitab Cinta, Rindu, Senang, dan Ridha, 37 Kitab Niat, Jujur, dan Ikhlas, 38 Kitab Muraqabah dan Muhasabah, 39 Kitab Tafakur, dan 40 Kitab Mengingat Mati. Imam Al-Ghazali Imam Al-Ghazali, atau yang dikenal sebagai Algazel di Dunia Barat Abad Pertengahan, adalah seorang tokoh dan filsuf terkemuka yang memiliki kejeniusan dan kepakaran di bidang fiqh, ushul dan tasawuf. Beliau lahir di Thusi daerah Khurasan wilayah Persia tahun 450 H 1058 M. Imam Al-Ghazali menuliskan Ihya 'Ulumuddin membahas ilmu-ilmu agama yang dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syams, Yerussalem, Hijaz dan Yus, yang merupakan kitab paling terkenal dan berisi paduan indah antara fiqh, tasawuf dan falsafat. Tidak saja terkenal di kalangan Kaum Muslim, tetapi juga di Dunia Barat dan luar Islam. Kajian Ihya Terbaru intisari dan atsar ihya 'ulumuddin Rubu' 1 Ibadah Rubu' 2 Adat Kebiasaan Rubu' 3 Yang Membinasakan Rubu' 4 Yang Menyelamatkan Meletakkan Harapan Sabar Gerbang Kebaikan Menumbuhkan Kesabaran Kitab Iḥya Ulūmiddin termasuk kitab terakhir dikarang oleh Hujjat al-Islam al-Ghazali selanjutnya disebut al-Ghazali. Sesuai dengan arti dari judulnya, kitab Iḥya ditulis dengan tujuan menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama dianggapnya sudah terkubur. Oleh karena itu, wajar jika kitab tersebut banyak mencakup berbagai disiplin ilmu agama, khususnya yang membawa kebahagian di penuturannya, al-Ghazali menerangkan di awal kitab bahwa Iḥya terdiri dari empat rubu, pertama rubu al-ibadat, kedua rubu al-adat, ketiga rubu al-muhlikat, dan keempat rubu rubu ibadat merupakan pembahasan mengenai pengantar mengenai ilmu secara sistematis dan sederhana, ilmu Tauhid secara mendalam, dan rahasia-rahasia ibadah lengkap dengan sudut pandang rubu ini tercakup sepuluh pembahasan, yaitu Kitab al-Ilm, Qawaid al-Aqaid, Asrar al-Thaharah, Asrar al-Shalah, Asrar al-Zakah, Asrar al-Shiyam, Asrar al-Ḥajj, Tilawat al-Quran, al-Adzkar wa al-Daawat, dan Tartīb rubu al-Adat, al-Ghazali membicarakan mengenai adab-adab sehari-hari sampai kepada adab kenabian. Sebagaimana sebelumnya, pada rubu kedua juga tercakup sepuluh pembahasan, yaitu Kitab Adab al-Akl, Adab al-Nikaḥ, Adab al-Sama, Adab al-Kasb, al-Ḥalal wa al-Haram, Adab al-Shuḥbah, al-Uzlah, Adab al-Safar, Adab al-Sama wa al-Wajd, al-Amr bi al-Marūf wa al-Nahy an al-Munkar, dan Akhlaq rubu al-Muhlikat, al-Ghazali mulai menyentuh sisi spritual dengan membahas keajaiban hati, metode riyadhah latihan spritual, serta pengkajian terhadap penyakit-penyakit spritual sesuai dengan al-Qur’ rubu ketiga ini, al-Ghazali juga mengemukakan sepuluh pembahasan, yaitu Kitab Syarḥ Ajaib al-Qalb, Riyadhat al-Nafs, Afat al-Syahwatayn, Afat al-Lisan, Afat al-Ghadhb wa al-Hiqd wa al-Ḥasd, Dzam al-Dunya, Dzam al-Mal wa al-Nakhl, Dzam al-Jah wa al-Riya, al-Kibr wa al-Ujub, dan al-Ghurūr. Kemudian pada rubu al-Munjiyat, al-Ghazali membicarakan maqamat dan aḥwal para sufi sesuai dengan keterangan-keterangan yang bersifat syari dan aqli. Pada rubu keempat ini, juga terdapat sepuluh pembahasan yaitu Kitab al-Tawbah, al-Shabr wa al-Syukr, al-Khawf wa al-Raja, al-Faqr wa al-Zuhd, al-Tawḥid wa Tawakkul, al-Maḥabbah wa al-Syawq wa al-Ridha, al-Niyyah wa al-Shidq, wa al-Ikhlash, al-Muraqabah wa al-Muḥasabah, al-Tafakkur, dan Dzikr motivasi al-Ghazali menulis kitab Iḥya dengan sistematika seperti di atas dikarenakan dua hal -sebagaimana ia ungkapkan sendiri. Pertama, sistematika dan kajian demikian merupakan sesuatu yang dharuri penting. Ini dikarenakan ilmu yang bisa mengantarkan kepada pengetahuan tentang akhirat ada dua, yaitu ilmu muamalah dan mukasyafah. Al-Ghazali menegaskan bahwa kitabnya tersebut hanya bertujuan menyajikan ilmu muamalah agar mudah dipraktekkan secara ilmu mukasyafah hanya dibicarakan melalui simbolik dan isyarat saja, karena para Nabi juga tidak membicarakannya secara eksplisit. Namun terdapat korelasi antara dua ilmu ini, karena ilmu muamalah akan mengantarkan dan membuka khazanah ilmu kedua, keinginan al-Ghazali mengobati “penyakit spiritual” dan membimbing para penuntut ilmu Fiqih. Ini dikarenakan kebanyakan mereka cenderung kepada hasrat duniawi seperti suka pamer dan mencari kepopuleran. Dengan sistematika di atas terutama pada rubu al-Ibadah yang banyak menyentuh dunia fiqih, maka pengajaran spritual dapat mereka serap secara Kitab IḥyaIlmuwan pertama yang melakukan ikhtishar terhadap Iḥya adalah saudaranya sendiri Abu al-Futuḥ Aḥmad al-Ghazali 520 H.. Abu al-Futuḥ memberi judulnya dengan Lubab Iḥya. Setelah itu, langkah ini diikuti oleh Aḥmad bin Musa al-Mawshuli 622 H.. Begitu juga diteruskan oleh Muḥammad bin Said al-Yamani, Muḥammad bin Umar al-Balkhi, Abd al-Khatib al-Maraghi ketika berada di Bayt al-Muqdis, Muḥammad bin Ali al-Ajluni yang masyhur dengan nama al-Hilali, al-Suyuthi 911 H. dan A’ Selanjutnya Para Pengkaji Hadis-hadis dalam Kitab Ihya Ulumiddin Karya Al-Ghazali